Pages

Wednesday, November 30, 2016

Kebahagiaan dan Kemiskinan

 Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Kata sebagian orang: “miskin, gimana mau bahagia”
Sebuah kesimpulan yang diambil karena melihat begitu beratnya memenuhi kebutuhan hidup.
Atau sebuah kalimat yang dilontarkan oleh seorang anak, karena apa yang diinginkannya selalu dipenuhi oleh orang tuanya yang kaya.
Teman…
Setiap orang punya standarnya masing-masing,  tidak bisa memaksakan standar kita kepada orang lain.
Janganlah kita terlalu cepat menghujat…
Bahwa “Poor people doesn’t happy with their life
Tukang ojek memandang pemulung tidak akan bahagia.
Karyawan Kantor memandang tukang ojek hidupnya tidak bahagia.
Pengusaha sukses memandang tidak bisa bahagia menjadi karyawan.
Ternyata,
Sebagian pengusaha sukses lebih bahagia ketika hidup miskin.
Kita bisa baca kisah Jack Ma, yang lebih bahagia saat miskin.
Atau kisah Sulaiman Al-Rajhi, yang sejak 2012 memilih hidup miskin padahal begitu kaya sebelumnya.
Ketauhilah Teman…
Sebagaimana ajal seseorang telah ditentukan oleh Allah ta’ala, begitu pula dengan rezeki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang proses penciptaan manusia:
ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
…Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya… (H.R. Al Bukhari dan Muslim)
Kalau kita melihat teman kita lebih miskin, janganlah mengatakan dia tidak sebahagia saya, memang miskin Itulah takdirnya, tetapi bukan berarti ia tidak bahagia.
Kalau kita melihat teman kita lebih kaya, janganlah mengatakan dia lebih bahagia dari saya, memang kaya itulah takdirnya, tetapi bukan berarti pasti ia lebih bahagia.
Janganlah bersedih seandainya kita ditakdirkan menjadi orang miskin kalau ternyata kemiskinan itu membuat kita lebih bisa bersyukur dan beribadah.
Janganlah bangga seandainya kita ditakdirkan menjadi orang kaya tetapi kekayaan tersebut membuat kita bermaksiat dan lalai dari beribadah.
Islam tidak melarang kekayaan, tapi bagaimana supaya harta kita ini berkah, tidak melalaikan dan manfaat buat orang, karena agama dan dakwah ini butuh modal yang besar.
Oleh karena itu, yang terbaik adalah kita berusaha dan tawakkal mencari rezeki dan tidak lalai beribadah kepada Allah ta’ala, karena Allah pasti menjamin kecukupan rezeki hambanya yang bertawakal. Allah berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا o وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (Q.S: At-Talaq ayat 2-3)
Sudahkah kita bertakwa? Sudahkah kita bertawakkal? Karena Allah pasti memenuhi janjinya.
Teman..
Kebahagiaan tidak diukur dengan banyak sedikitnya saldo di rekening kita.
Mungkin saja si miskin ini lebih bahagia daripada si kaya.
Begitu banyak contoh bahwa bahagia itu sederhana.
Bisa punya waktu untuk keluarga, bisa menatap wajah orang tua, punya teman-teman yang asik, hidup tanpa dikejar-kejar dunia, bisa beribadah dengan tenang dan banyak lainnya, adalah kebahagiaan.
Kita sering terpapar materialisme dan hedonisme di media-media kita, sehingga kita terlatih untuk membenci orang miskin. Betapa buruknya pandangan ini. Lihat sendiri keluar, bertemanlah dengan orang-orang miskin dan buktikan sendiri bahwa tidak benar bahwa “miskin= tidak bahagia”.
Jadi berhentilah memandang sebelah mata orang-orang miskin di sekitar kita, apalagi mengatakan “Apa dia bisa bahagia hidup miskin seperti itu”.
Ketauhilah, dia bisa bahagia dengan caranya sendiri, terlebih lagi jika dia orang yang taat beragama.
Komentar-komentar kita seperti “Bapak apa tidak sulit tidur diatas becak?” “Ibu apa tidak kepanasan jalan kaki siang-siang?”, atau komentar kita terhadap masalah yang dihadapinya malah bisa membuatnya tersinggung.
Lebih baik tawarkan bantuan, kalau dia mau maka Alhamdulillah itu menjadi amalan buat kita, kalau dia tidak mau maka jangan pertanyakan keputusannya.
Allah ciptakan mata yang indah buat kita, semoga mata ini bisa melihat keindahan dan kebahagiaan pada orang-orang miskin.

oleh: Hanivan Maulana
30-11-2016

1 comment:

  1. Juwarah!

    Betapa banyak orang menilai kebahagiaan orang lain berdasar standarnya sendiri. Lalu menerapkan label yang melegitimasi standarnya tersebut, lewat julukan macam "kurang beruntung".

    ReplyDelete