Jika ada
sebuah istana yang megah dan mewah, mulai dari pintu-pintunya,
jendela-jendelanya, lampu-lampunya, kursi, meja, gelas, furniturenya, karpet-karpetnya,
keramik-keramik lantainya, diluarnya ada taman yang indah, tanaman-tanaman
berwarna warni, halamannya yang luas dan rapi.
Pertanyaannya,
mungkinkah kita berfikir:
-
Istana ini pasti menciptakan dirinya sendiri
atau
-
Istana ini pasti ada tiba-tiba begitu saja
Tentu akal
kita akan menolak.
Kita
pastinya akan berfikir:
1- Siapa yang
membuatnya?
2- Siapa
arsiteknya?
3- Punya siapa?
Jika
terhadap istana saja akal berfikir demikian, apalagi terhadap penciptaan Bumi
dan segala isinya. Tentu tidak mungkin Bumi menciptakan dirinya sendiri,
apalagi tiba-tiba ada begitu saja.
Menurut sains, Bumi berasal dari ledakan Big Bang yang kemudian membentuk kemudian membentuk tata surya.
Banyak sekali
yang bisa direnungkan tentang Bumi.
1- Jarak matahari
dan bumi itu kurang lebih 150 juta Km. Dengan jarak segitu, suhu dibumi nyaman
dan dapat ditinggali. Padahal kalau ketika ledakan big bang jarak yang terentuk
bumi dan matahari itu 160 juta Km maka Bumi akan terlalu dingin untuk
ditinggali, sedangkan kalau jarak yang terbentuk itu 140 juta Km maka Bumi akan
terlalu panas untuk ditinggali. Apakah kebetulan? Ataukah ada yang mendesain? Siapa
yang mendesain?
2- Siapa arsiteknya
yang merancang kalau setelah bumi terbentuk maka akan ada siang dan malam, yang
pada malam hari, dari bumi dapat kelihatan bulan dan bintang-bintang yang indah,
di Bumi dapat terjadi pelangi setelah hujan serta setiap harinya terdiri dari
24 jam.
3- Awan itu
menyimpan berkilo-kilogram air. Menurut sains rata-rata awan cumulus memiliki
berat 1.1 Juta Pound alias kurang lebih 500.000 Kg. Bayangkan benda seberat itu
tidak jatuh ke Bumi sementara Bumi punya gaya gravitasi. Airnya jatuh nanti
tunggu hujan. Sains bisa menjelaskan kapan awan itu akan mengalami kondensasi
yang kemudian menjadi hujan. Tetapi yang lebih penting, siapa yang menciptakan
karakter air?
4- Siapa yang
menentukan bahwa nanti setelah bumi tercipta maka akan ada biji-bijian, biji yang
ini kalau ditanam akan menghasilkan buah yang pedas yaitu cabe, sedangkan biji
yang ini kalau ditanam akan menghasilkan buah yang manis yaitu jeruk. Biji itu
sendiri adalah benda yang ajaib. Biji dan kelereng adalah sama-sama benda padat
berukuran kecil, tetapi biji bisa menumbuhkan tumbuhan karena didalamnya terdapat
embryo. Kumpulkanlah seluruh ilmuan di dunia ini pasti tidak bisa menciptakan
biji, bukan mengembangbiakkan varietas dari yang sudah ada, tetapi menciptakan biji.
5- Siapa yang
mendesain kalau setelah bumi terbentuk nanti akan ada hewan yang bermacam-macam
dan beraneka ragam, bentuknya unik-unik dan ada juga yang indah. Binatang yang
ini bertelur sedangkan binatang yang ini melahirkan?
6- Kalau memang
kehidupan ini menciptakan dirinya sendiri, seharusnya di venus, mars, jupiter
dan lainnya ada kehidupan, misalnya entitas-entitas yang bisa hidup tanpa
oksigen. Tetapi ternyata kehidupan tidak menciptakan dirinya sendiri.
Intinya
jawaban dari pertanyaan “SIAPA”, ini adalah Tuhan kita, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita merasakan keberadaannya dengan mentadabburi ciptaan-Nya.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ
النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاءٍ فَأَحْيَا بِهِ
الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ
الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ
لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah : 164)
Kita
beriman terhadap hal yang ghaib. Tidak benar bahwa segala
sesuatu harus dapat di indera baru dipercayai. Kita sendiri tidak dapat melihat akal, akal itu ada namun tidak terlihat. Jika kepala dibelah yang ditemukan
hanya otak, padahal otak juga terdapat pada hewan-hewan.
Semua hal
ini mengantarkan akal kita kepada ketundukan kepada Dzat yang Maha Mulia, yang
kekuasaannya meliputi segala sesuatu. Kita harus lebih mengenalNya.
Nasihat khususnya
untuk diri sendiri, supaya lebih memperhatikan “Ayat-Ayat-Nya” di Bumi.
22 November 2017
M Hanivan Maulana
No comments:
Post a Comment