Psikosomatis dan gangguan cemas merupakan gangguan kejiwaan. Kenyataan Ini
harus diterima oleh
orang yang diuji dengan penyakit
tersebut. Menerima sepenuhnya bahwa penyakit psikosomatis dan gangguan cemas yang diderita merupakan gangguan kejiwaan adalah hal yang penting untuk dilakukan karena
merupakan tahap paling awal dalam proses penyembuhan penyakit tersebut. Apabila
Anda adalah orang yang terkena penyakit tersebut dan sedang membaca ini, terimalah
bahwa Anda sedang terkena penyakit kejiwaan dan penerimaan adalah hal yang positif.
Penyakit psikosomatis
dan gangguan cemas bukanlah masalah yang sepele. Sebagian orang mengatakan
bahwa penyakit ini biasa saja, banyak-banyak istirahat nanti juga sembuh. Ini
adalah pernyataan yang keliru, penyakit psikosomatis dan Psikosomatis
adalah penyakit yang besar, ia memerlukan penanganan khusus dan proses penyembuhan
yang tidak sebentar. Bukan bermaksud untuk membuat Anda menjadi pesimis, namun
agar Anda sadar bahwa hidup ini harus lebih santai dan tidak perlu terburu-buru
mengejar hal-hal yang bersifat duniawi. Rezeki setiap makhluk sudah ditanggung
oleh Allah. Mulai saat ini dan seterusnya, anda harus lebih santai, tidak perlu
ngoyo mengejar dunia. Mulai saat ini, yang menjadi fokus anda adalah
amal ibadah Anda serta kesehatan jiwa dan pikiran Anda.
Bersyukurlah Allah ta'ala memberi Anda penyakit psikosomatis dan gangguan cemas. Mengapa? Ada
banyak alasan, diantaranya:
1.
Akal anda masih
selamat, andai saja penyakit kejiwaan ini lebih jauh lagi, bisa jadi anda
hilang akal dan tidak kenal diri sendiri lagi. Na’udzubillah.
2.
Ujian dari
Allah seperti ditimpa penyakit, apabila dilalui dengan sabar maka akan
mendapatkan pahala tanpa batas. Allah subhanahu wa ta'ala berfiman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ
بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS.Az-Zumar:10)
Minta dan berharaplah kepada Allahl agar
Anda diberi pahala yang besar dengan bersabarnya Anda menghadapi ujian ini.
Katakanlah: “Ya Allah, aku meminta kepadamu pahala yang sangat besar karena aku
bersabar melalui penyakit yang berat ini.”
3.
Ini adalah
teguran dari Allahl dikarenakan dosa-dosa Anda. Manusia
memang makhluk yang banyak sekali bermaksiat kepada Allah. Akuilah hal tersebut kepada Allah. Mungkin selama ini Anda jauh
dari Allah, mengabaikan Allah dan mencari ridho manusia, sehingga tersibukkan
dengan urusan dunia dan lalai dari beribadah kepada Allah.
4.
Mengigatkan akan
kematian. Ketika seseorang mengalami psikosomatis dan gangguan cemas, ia akan
meninggalkan terlalu memikirkan dunia, dengan kondisi tersebut seyogyanya ia
akan ingat bahwa hidup ini hanya sementara dan yang abadi adalah negeri
akhirat. Ia bahkan menjadi tidak mengutamakan dunia, dan ini adalah sifat
orang-orang yang zuhud. Oleh karena itu, ketika sembuh kelak InsyaAllah,
diharapkan mengingat kematian dan tidak mengutamakan dunia tetap menjadi
kebiasaan dirinya.
5.
Dari pengalaman
pahit ini anda akan belajar banyak mengenai kesalahan-kesalahan anda mengelola
diri di masa lalu, dengan sembuhnya Anda atas izin Allah dari penyakit ini, maka InsyaAllah Anda akan menjadi
pribadi yang lebih kuat.
Janganlah anda
berputus asa dari rahmat Allah, yaitu berupa kesembuhan. Sebagian orang yang
terkena penyakit psikosomatis dan gangguan cemas berputus asa, melakukan
hal-hal yang diharamkan Allah bahkan melakukan bunuh diri. Na’udzubillah.
Orang islam tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, karena berputus asa
dari rahmat Allah adalah sifat orang kafir. Ingatlah Firman Allah:
إِنَّهُ
لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir." (QS.Yusuf:87)
Allah lebih
tahu apa yang terbaik untuk anda. Ingatlah manusia itu pada dasarnya adalah
bodoh dihadapan Allah. Anda tidak mengetahui, mungkin menurut Anda yang terbaik
adalah Anda tidak sakit, akan tetapi Allah Yang Maha Mengetahui berhendak
menakdirkan anda sakit. Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan Allah Maha
Bijaksana. Berbaiksangkalah kepada Allah, sesungguhnya setiap takdir Allah
mengandung hikmah yang besar, walaupun anda tidak mengetahui atau belum
mengetahui hikmah tersebut.
Diuji dengan
penyakit adalah tanda bahwa Allah menyayangi Anda. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ
مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ
فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Artinya: “Sesungguhnya pahala besar
karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu
kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka
ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah
pun akan murka.” (HR.Ibnu Majah No.4031, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).[1]
Diujinya
seorang hamba dengan penyakit belum tentu bahwa Allah membencinya. Bukankah
Nabi Ayyubq diuji oleh Allah dengan penyakit dalam jangka waktu yang lama? Apakah
itu berarti Allah Tabaaraka Wa Ta'ala membenci nabi Ayyubq ? Tentu saja jawabannya adalah tidak. Tidak demikian. Nabi
Ayyub tetap bersabar, maka
Allah memuji kesabaran nabi Ayyub dan Allah pun ridho terhadapnya. Rasulullah
ﷺ bersabda:
أشد
الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل
“Manusia
yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih,
kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad,
3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995).
Allah mencintai
hamba-Nya melebihi cinta seorang ibu kepada anaknya. Yakinlah bahwa Anda adalah hamba Allah, dan
husnuzhonlah bahwa ujian ini tanda cinta Allah kepada Anda. Dalam Hadits Qudsi,
Rasulullah ﷺ bersabda:
يَقُوْلُ اللهُ
تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
Artinya: “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan
hamba-Ku.” (HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675)
Oleh karena itu, husnuzhonlah Anda bahwa Allah ta’ala menimpakan
penyakit ini karena Ia mencintai Anda. Ujian yang menimpa orang-orang yang
Allah cintai, itu dalam rangka menghapuskan dosanya, mengangkat derajatnya
serta mengajarkannya suatu hikmah dan ilmu yang mana akan bermanfaat bagi
kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat. sehingga mereka menjadi teladan
bagi yang lainnya.[2]
Allah Subhanahu
wa Ta’ala Maha Suci dari sifat lupa, Ia tidak lupa pada hamba-Nya. Allah adalah
Ar-Raqiib, Allah maha mengawasi semua perbuatan dan keadaan manusia, tidak ada
sesuatupun yang luput dari Allah. Allah juga mengetahui apa yang ada di hati
Anda serta apa yang terbersit dalam pikiran Anda.
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
Artinya: “Allah mengetahui segala isi hati.” (QS.Ali ‘Imran:119)
Allah mengetahui semua ketakutan di hati Anda, Allah mengetahui semua kegelisahan
Anda, Allah mengetahui perasaan seperti tertutupnya hati dan pikiran Anda,
Allah mengetahui perasaan tidak nyaman pada diri Anda, Allah mengetahui
sesaknya dada Anda, bahkan Allah mengetahui bisikan-bisikan jiwa yang terjadi
pada diri Anda.
Mungkin Anda
akan berkata “Jika Allah mengetahui semua itu, mengapa Ia tidak sembuhkan saja
aku sekarang?” Saudaraku, semoga Allah merahmatimu, fakta bahwa Allah mengetahui semua yang Anda alami itu, tidak melazimkan bahwa Allah
harus menyembuhkan penyakit kita secara seketika dan sekejap mata. Anda harus
berobat, melakukan terapi dan mencari sebab kesembuhan Anda. Nabi Ayyub tidak mengatakan “Ya Allah, kenapa engkau timpakan aku penyakit
ini, padahal aku seorang nabi”. Itulah ujian yang Allah berikan kepada
hamba-Nya. Allah berfirman:
أَحَسِبَ
النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji
lagi?” (QS.Al-Ankabut:2) Selanjutnya, Allah berfirman:
وَلَقَدْ
فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS.Al-Ankabut:3)
Ketahuilah,
bahwasanya penyakit ini merupakan ujian bagi keimanan. Janganlah Anda ujub pada
diri sendiri dan merasa paling beriman. Janganlah Anda merasa kuat dan
mengandalkan diri sendiri. Allah telah mengatakan bahwa manusia adalah makhluk
yang lemah. Oleh karena itu akuilah bahwa Anda adalah makhluk yang lemah dan hanya Allah yang mampu menguatkan Anda. Kalau bukan karena Allah yang menguatkan kita selama ini, pasti kita tidak akan mampu
menghadapi setiap permasalahan kita.
Psikosomatis
dan gangguan cemas mengisyaratkan bahwa Anda belum mengamalkan agama islam
dengan benar. Orang yang mengamalkan islam dengan benar tidak mungkin terkena
penyakit psikosomatis dan gangguan cemas. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik.” (QS.An-Nahl:97). Dalam ayat ini Allah mengatakan barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh.
Mengerjakan amal shaleh berarti mengamalkan agama islam dengan benar. Istilah
Amal Shaleh janganlah dipahami hanya sebatas shalat, puasa, membaca Al-Quran,
zakat, sedeqah, dan haji saja. Itu semua termasuk amal shaleh, akan tetapi amal
shaleh tidak hanya itu, terutama berkaitan dengan amalan hati.
Mungkin Anda
sudah mempelajari agama islam baik secara online maupun tatap muka, akan
tetapi Anda belum mengamalkan apa yang anda pelajari. Mindset yang benar,
ilmu hanyalah sebagai wasilah/perantara untuk beramal dan bukan tujuan utama
kita. Ilmu agama dipelajari untuk diamalkan, bukan sekedar wawasan agar dipandang
sebagai orang yang berilmu.
Bisa jadi anda
belajar agama pada tempat yang salah, sehingga bukan mempelajari islam akan
tetapi kesesatan yang dibungkus dengan simbol islam, contohnya filsafat-filsafat
sesat, melakukan meditasi atau semacamnya yang sama sekali tidak diajarkan
dalam islam, semoga kita terhindar darinya. Sudahkah Anda mempelajari bagaimana
seorang muslim mengelola diri dan jiwanya? Sumber-sumber ilmu di zaman sekarang
sudah sangat banyak. Tinggal kita yang harus menyempatkan diri untuk mempelajarinya.
Semoga penyakit ini menjadi
pelajaran berharga bagi anda semua yang terkena penyakit psikosomatis dan gangguan
cemas agar menjadi hamba Allah yang lebih baik daripada sebelumnya. Syafaakumullah
syifaa-an laa yughoodiru saqoman.
[1] https://rumaysho.com/3131-ujian-dan-musibah-tanda-allah-cinta.html
[2] https://muslim.or.id/32540-jika-allah-mencintai-seorang-hamba-ia-akan-diuji.html
No comments:
Post a Comment