Pages

Sunday, February 26, 2012

Keislaman - Sejarah Muhammadiyah

Sejarah Muhammadiyah

            Dibesarkan dilingkungan penuh dengan perbuatan-perbuatan mistik dan tradisi masyarakatnya yang mengalami keterpurukan membuat hati Kiyai Haji Ahmad Dahlan tergerak untuk memperbaiki akhlak masyarakatnya. KH. Ahmad Dahlan yang bernama asli Muhammad Darwis mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912M/ 8 Dzulhijjah 1339H dikampung nyoman ketika ia berumur 43 Tahun. Tujuan utama didirikannya Muhammadiyah adalah untuk meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan ajaran islam bercampur dengan Tradisi daerah-daerah agar kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits.
            Muhammad Darwis sendiri adalah keturunan ke 12 dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali songo yang terkenal. Ia pergi Haji dan tinggal di Mekah dari umur 15 tahun hingga 20 tahun. Ia mulai mempelajari pemikiran-pemikiran pembaharu dalam islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afhgani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang ke tanah air pada tahun 1888, ia mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan.
            Pada tahun 1903, Ia kembali ke mekkah untuk belajar selama dua tahun. Pada masa ini ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad khatib Al-Minangkabawi, seorang Imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Setelah kembali dari mekkah, ia mulai menyebarkan ajarannya. Pada  awalnya ia mengalami penolakan dan rintangan, namun karena kegigihan dan kesabarannya ia mendapat support dari keluarga dan teman dekatnya.
            Ketika itu, Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda. Segala organisasi masyarakat harus disahkan pendiriannya oleh pemerintah hindia belanda. Pada tanggal 20 desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan pendirian kepada pemerintah Hindia Belanda agar muhammadiyah mendapatkan badan hukum. Namun, permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914,dengan dikeluarkannya surat ketetapan pemerintah No.81 tanggal 22 agustus 1914. Bahkan, Muhammadiyah hanya mendapat izin untuk bergerak di daerah Yogyakarta saja. Semakin lama pemerintah Hindia Belanda semakin curiga sehingga kegiatan-kegiatanpun dibatasi. Walaupun begitu, telah berdiri sejumlah cabang Muhammadiyah di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari,Imogiri,dan lain-lain. Agar tidak diketahui pemerintah Hindia belanda, Ahmad Dahlan menyiasati dengan menggunakan nama samaran untuk daerah daerah tersebut. Misalnya Nurul Islam untuk pekalongan dan Al-Munir untuk Ujung Pandang.
            Gerakan Muhammadiyah mengutamakan pendidikan masyarakat dan pembangunan tata sosial  yang maju. Muhammadiyah ingin membuktikan bahwa islam itu bukan agama yang penuh dengan takhayul dan hal-hal mistik, tetapi agama yang dinamis dan bermanfaat dalam segala apek kehidupan menusia. Keseriusan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dapat terlihat dengan dirikannya sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang bernama Hooge School Muhammadiyah . Selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah dan sekarang telah menjadi Madrasah Mu'allimin.
            Pada tahun 1912 hingga 1923 pengaruh Muhammadiyah hanya sebatas di daerah daerah keresidenan seperti Jogjakarta, Surakarta dan pekalongan. Seorang tokoh bernama Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke daerah Sumatera Barat pada tahun 1925, dan dalam waktu dekat, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Pada tahun 1938 Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.
           

No comments:

Post a Comment